Apa itu SUKACITA?
- bayanganteduh
- Jun 7, 2021
- 2 min read
Apa sih yang membuat kalian bersukacita teman-teman? Memiliki semua barang-barang yang kalian inginkan? Seperti “Apple”, sepatu-sepatu bermerk? Posisi? Asset tersendiri? Atau mungkin sukacita diukur ketika kalian sudah tidak single dan menikah? Intinya, banyak sekali hal yang menjadi tolak ukur buat kita, bisa bersukacita. Tidak ada salahnya dengan mengejar apapun yang kita inginkan, apalagi jika hal itu membuat kita bersukacita, “Mau bersukacita aja kok ribet, ye gak?”
Jadi, apa masalahnya sampai-sampai Bayangan Teduh membahas tentang sukacita ini? The problem is, semua hal-hal yang kita kejar adalah “sementara”, artinya semuanya tidak kekal dan akan hilang atau habis dalam sekejap - setiap produk akan selalu di upgrade (mau gak mau kita harus terus ikutin dan beli kan? Otomatis kita harus bekerja lebih keras dan menghabiskan uang kita hanya untuk membeli sukacita), seseorang bisa berubah dan suatu saat akan pergi meninggalkan kita selamanya. Hal-hal yang kita anggap sebagai “sumber” sukacita tidaklah kekal.
Di artikel kali ini, Bayangan Teduh akan menjelaskan pengertian atau konsep sukacita yang berdasarkan dengan Alkitab:
Perjanjian Lama
Di dalam Perjanjian Lama, kita bisa melihat beberapa hal yang membuat manusia bersukacita, itu bisa dikarenakan pernikahan (Yeremia 33:11), anak (Amsal 23:25), perlindungan Allah (Mazmur 5:12). Akan tetapi, Perjanjian Lama tidak menceritakan bahwa perasaan sukacita itu selalu ada. Mengapa? karena manusia tinggal di dalam dunia yang sudah dipenuhi oleh dosa, dan kematian pun akan selalu terjadi. Maka dari itu, Alkitab memberikan konsep/ pengertian sukacita yang unik - Sukacita adalah sebuah sikap dalam hati seseorang kepada Tuhan, bukan karena perayaan, situasi, sesuatu maupun seseorang. Kita bisa mengerti akan konsep ini ketika kita melihat Musa membantu bangsa Israel keluar dari penjajahan oleh bangsa Mesir, dan hal pertama yang mereka lakukan adalah memuji Tuhan (Keluaran 15) walaupun mereka ditengah-tengah padang gurun, kelelahan, dan Tanah Perjanjian masih jauh.
Perjanjian Baru
Sedangkan di Perjanjian Baru, contoh yang paling nyata adalah kisah hidup dari Paulus. Dari Kisah Para Rasul pasal 20 hingga surat Kolose, perjalanan misi Paulus penuh dengan ketidakadilan dan lika-liku. Ia difitnah oleh orang-orang Yahudi, dimasukkan kedalam penjara dan bahkan disiksa, tapi ia tetap masih bersukacita. Paulus berkata di Filipi 4:4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”. Kondisi Paulus disini bukanlah ketika ia sudah bebas dari penjara, melainkan sebaliknya. Ia masih didalam penjara. Namun, dia tetap melakukan misi dari Tuhan untuk memberitakan Firman Tuhan. Lagi-lagi kita diperlihatkan dengan konsep sukacita yang sama seperti dengan Perjanjian Lama - Sukacita adalah sebuah sikap dalam hati seseorang kepada Tuhan, bukan karena perayaan, situasi, sesuatu maupun seseorang.
Kesimpulannya, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memiliki pengertian atau konsep sukacita yang sebenarnya yaitu sukacita yang tidak selalu dilandaskan oleh sesuatu, seseorang, perayaan maupun situasi. Intinya, apapun yang terjadi, kita sebenarnya bisa bersukacita.
Terus bagaimana kalau kehilangan seseorang, atau gagal dalam pekerjaan, atau kehilangan sesuatu? Apakah kita ga boleh bersedih? Nah, Bayangan Teduh akan membahas lebih lanjut Mengapa Sukacita ini Penting? Di artikel selanjutnya ya!
Comentários